Kamis, 26 Juli 2012

MISTERI NEGERI SERBU MEGALIT


DAFTAR ISI


      Pengantar Penulis
1.    Mencari Patung Megalitik di Behoa
2.    Asal Usul Tadulako Yang Sebenarnya
3.    Menhir Palindo Kisah Pahlawan Dalam Mitos Tanah Lore
4.    Tanah Lore Negeri Seribu Megalit
5.    Mpolenda Yang Terkutuk
6.    Tinggalan Purbakala di Kampung Vatunonju
7.    Eksotis Danau Pegunungan Lore Lindu
8.    Danau Poso, Sogili dan Legenda
9.    Sulawesi Tengah, Pusat Kebudayaan Austronesia

Sumber Tulisan
Riwayat Singkat Penulis


Rabu, 18 Juli 2012

KETIKA TEATER MODERN MENYATU DALAM RITUAL BALIA

Oleh: JAMRIN ABUBAKAR

SENI tradisi Balia yang selama ini hanya dikenal sebagai ritual penyembuhan dalam masyarakat etnis Kaili yang selalu ditampilkan secara sakral sesuai tujuannya, tapi di tangan Erwin Sirajudin seorang mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Balia telah menjadi seni pertunjukan yang tidak saling menginteraksi antara aktor-aktor teater modern dengan Topobalia (pelaku tradisi Balia) dalam satu arena pertunjukan tanpa saling mengintervensi. 

Kedahsyatan itulah yang dipertunjukan Erwin Sirajudin sang sutradara dalam naskah drama “Bali Iya” di arena Taman Budaya Sulawesi Tengah, Kota Palu, Rabu (18/7) malam yang disaksikan ratusan penonton. Pertunjukan tersebut merupakan rangkaian ujian tesis Erwin Sirajudin sebagai mahasiswa pascasarjana untuk mendapatkan gelar magister seni di ISI Yogyakarta. Sejumlah seniman, aktivis seni, pemerhati dan masyarakat pencinta seni menyatu dalam kesaksian pertunjukan Bali Iya yang terkemas dalam konsep dramaturgi satu skenario.

Inti pesan dalam drama Bali Iya adanya pergulatan batin dan fisik seorang Tonadua (orang sakit) yang diperankan sang aktor Emhan Saja bersama istri (Selvina Cepi). Keaktoran Ehman bersama Selvina betul-betul penuh totalitas bukan saja memvisualkan apa yang tercakup dalam sekenario dan diinginkan sutradara, tapi sekaligus ia mampu membamngun komunikasi dengan penonton dan para Topobalia yang dipimpin Samran Daud Roca. Dialog-dialog yang dibangun dan  ekploitasi tubuh Emhan dan Cepi telah memvisualkan tentang sosok kegelisahan dan tak ada harapan untuk sembuh kalau tidak mencari alternatif.

Dalam pencariannya itulah kemudian hadir orang suci yang menurut tokoh  dokter (Mohammad Nawir Daeng Mangala) pengobatan Tonadua mesti dilakukan dengan cara khusus. Di situlah prosesi ritual adat Balia ditampilkan sesuai kelaziman dan sekaligus telah dikemas dalam skenario untuk seni pertunjukan teater modern sesuai harapan sutradara Erwin Sirajuddin, sehingga puncak agar Tonadua ini harus berubah dari kondisinya, ia melnjalani rangkaian upacara balia.
Pertunjukan tersebut berlangsung di tengah rintik hujan malam, tapi penonton rela kuyub menyaksikan bersatunya tradisi dan seni pertunjukan modern yang dikemas satu arena.

 Menurut guru besar ISI Yogyakarta, Yudiaryani yang menjadi penguji tesis Erwin, menyatakan pertunjukan seni dengan mengambil spirit dari Balia telah memberi warna dan karakter yang sangat dahsyat. Sebab mengkolaborasikan tradisi dengan pertunjukan teater modern dalam satu arena yang masing-masing saling memahami peran yang dialkoni aktor merupakan satu karya yang luar biasa. 

“Apa yang telah ditampilkan tersebut, bukan saja mampu menyedot keseriusan penonton untuk tetap menyaksikan apa yang dipertunjukan, tetapi respon masyarakat sangat apresiatif walau dalam suasana hujan tapi tetap bertahan. Ini sebetulnya salah satu keberhasilan sebuah pertunjukan mampu menyedot perhatian penonton untuk ikut berinteraksi sebagai bagian pertunjukan dan itu terlihat dalam Bali Iya tersebut,” ungkap Yudiaryani sesaat setelah pertunjukan.

Menurutnya, konsep seni tradisi Balia ini sangat menarik dan menjadi khas karena dapat dikolaborasikan ke seni pertunjukan modern yang menghasilkan satu karya kontemporer. Tidak ada benturan satu sama lainnya walau dengan latar belakang berbeda antara actor-aktor dengan pelaku tradisi itu saling mengayam atau mengisi secara indah dalam menjalankan masing-masing peran. Apalagi secara tegas pimpinan Balia menyatakan pertunjukan ini merupakan satu rahmat dengan adanya pertemuan tradisi dan modern yang dapat memberi satu kekuatan baru. 

Sementara itu Erwin Sirajuddin (38) sebagai calon magister seni menyatakankonsep pijakan untuk menyatukan ritual Balia dengan seni teater dalam penggarapan Bali Iya tentunya ada harapan lahirnya kekuatan baru. Terutama adanya kesadaran estetika dan nilai-nilai esensi kebenaran kehidupan sebagai muatan tekstual dan kontektual yang memberi solusi kebaruan dalam seni teater konvensional menjadi teater terapi masa dakan dating. Mungkinkah? (JAMRIN AB)

Kamis, 12 Juli 2012

BUKU GURU TUA TELAH TERBIT (Kliping)


GONENGGATI Kumpulan Cerita Rakyat dari Donggala


GONENGGATI
Kumpulan Cerita Rakyat Dari Donggala






SAMBUTAN BUPATI DONGGALA



BUKU ini merupakan kumpulan legenda atau cerita rakyat yang diangkat dari tradisi masyarakat Kabupaten Donggala yang selama ini hampir punah, sehingga penulisan dan penerbitan akan memberi sumbangsih pemikiran dan inspirasi bagi pembaca.

Karena itu atas nama Pemerintah Kabupaten Donggala, saya sangat menghargai dan menyambut baik dengan terbitnya buku GONENGGATI Kumpulan Cerita Rakyat dari Donggala yang ditulis saudara Jamrin Abubakar. Bukan saja menambah khazanah pustaka daerah yang masih minim, tapi merupakan  bentuk kepedulian dan pelestarian terhadap cerita rakyat yang terdapat di Kabupaten Donggala. Apalagi daerah ini memang sangat kaya dengan cerita rakyat yang belum banyak diangkat dalam bentuk tulisan, sehingga terancam punah di tengah derasnya pengaruh budaya modern.

Karena itu Pemerintah Kabupaten Donggala merekomendasi agar buku ini dapat dijadikan bacaan muatan lokal atau bahan pengayaan bagi siswa sekolah dasar maupun siswa sekolah menengah. Terpenuhinya bacaan lokal semacam ini merupakan  upaya pelestarian kearifan lokal yang patut diketahui kembali bagi generasi muda, tak terkecuali bagi mahasiswa sebagai kaum intelektual. Apalagi dengan berdirinya Perguruan Tinggi Ilmu Pemerintahan Gonenggati di Donggala, maka sangat relevan dengan adanya semangat untuk tetap mempertahankan spirit nilai-nilai kearifan lokal disamping  nilai-nilai universal.
Dengan demikian, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya masyarakat Kabupaten Donggala.


Donggala, 2012


Bupati Donggala


Drs. H. Habir Ponulele, MM


Secara simbolis, penulis sedang menyerahkan buku GONENGGATI Kumpulan Cerita Rakyat dari Donggala kepada Bupati Donggala, Habir Ponulele, Jumat (10 Agustus 2012)


KATA PENGANTAR
KEPALA DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN DONGGALA


DONGGALA salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah sejak dulu memiliki kekayaan cerita rakyat atau legenda yang menjadi tradisi lisan di tengah masyarakat. Tetapi legenda tersebut masih sangat sedikit yang dipublikasikan atau dibukukan dibanding yang tersebar dalam bentuk tuturan dari mulut ke mulut.
Padahal di satu sisi penutur tradisi lisan cenderung mulai berkurang, terutama pada masyarakat perkotaan, sehingga dikhawatirkan suatu saat banyak cerita rakyat terancam punah dan tak diketahui generasi mendatang. Karena itu kehadiran buku yang ditulis Jamrin Abubakar sebagai hasil eksplorasi dari beberapa komunitas di wilayah Kabupaten Donggala dari penuturnya, sangatlah bermanfaat dalam menambah bahan bacaan muatan lokal untuk kalangan siswa sekolah dasar dan sekolah menengah.

Kehadiran buku yang berjudul Gonenggati: Kumpulan Cerita Rakyat Dari Donggala, maka Dinas Pendidikan Kabupaten Donggala meyambut baik dengan mengintegrasikan dalam salah satu program. Yaitu dapat dijadikan salah satu bahan pengayaan di tengah keterbatasan buku-buku cerita rakyat yang bernuansa daerah setempat. Buku ini merupakan rekonstruksi cerita yang sudah lama terpendam dan memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang dapat diperkenalkan kembali kepada anak didik.

Dengan demikian, atas nama Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Donggala, saya mengucapkan terima kasih pada penulis buku ini. Harapan saya, kiranya menjadi sumber inspirasi bagi pembaca terutama bagi peserta didik baik tingkat dasar maupun tingkat menengah, khususnya dalam wilayah Kabupaten Donggala.
   


 Donggala, 2012

             
DINAS PENDIDIKAN 
KABUPATEN DONGGALA


H. Aidil Noor, SH, M.Si
Kepala




DAFTAR ISI


•    Sambutan Bupati Donggala
•    Kata Pengantar Kepala Dinas Pendidikan  Kabupaten Donggala

•    Ringkasan Cerita

1.    Gonenggati
2.    Legenda Yamamore di Pusentasi
3.    Legenda Terjadinya Danau Dampelas
4.    Sang Putri dan Bengga Bula
5.    Gadis Dalam Pohon
6.    Asal Mula Kaledo

Donggala Dalam Lintasan Sejarah Dunia

Sumber Penulisan
Riwayat Hidup Penulis



RINGKASAN CERITA



GONENGGATI:
Seorang raja perempuan Kaili yang kharismatik dan berpikiran demokratis mempersatukan negeri-negeri Kaili dalam keadatan Pitunggota. Ia berkuasa di Kanggihui (Kanggirui) yang pusatnya di atas pegunungan (kini masuk wilayah Kabonga, Kecamatan Banawa).

LEGENDA YAMAMORE DI PUSENTASI:
Yamamore putri seorang Raja Towale melarikan diri dari istana demi menghindari perkawinan paksa. Dalam pelariannya, ia bersembunyi dengan cara mencemplungkan diri ke dalam telaga air asin. Maka sejak itulah Yamamore menghilang dan tempatnya dinamai pusat laut atau Pusentasi.

LEGENDA TERJADINYA DANAU DAMPELAS:
Berawal dari keinginan Sang Pelaut menaklukkan Negeri Dampelas, akhirnya terjadi perlawanan dari Mahadiyah. Peperangan pun terjadi hingga telaga yang dijadikan area pertarungan kemudian menjadi Danau Dampelas di Desa Talaga.

SANG PUTRI DAN BENGGA BULA:
Putri cantik dari Tanah Kaili diasingkan karena terserang penyakit cacar di tubuhnya. Dalam pengasingan itulah ia dikejar dan dijilat seekor Bengga Bula (kerbau putih), sehingga kulitnya sembuh. Sejak itu pula pihak raja dan keturunannya pantang makan daging kerbau putih.

GADIS DALAM POHON:
Perburuan yang dilakukan Sadomo, pemuda dari tanah Kaili sampai ke dataran Kulavi membuatnya tersesat di tengah hutan. Meskipun tidak mendapatkan binatang buruan, tapi seorang gadis cantik keluar dari dalam pohon yang kemudian dijadikan istri dan menjadi asal-usul suku Kulavi di Kabupaten Sigi.

ASAL MULA KALEDO:
Pada saat pembagian daging sapi, orang Kaili dating terlambat sehingga hanya mendapatkan tulang. Tana rasa kecewa, mereka kemudian memasak dengan eksperimen dengan hasil tak kalah enaknya. Sejak itulah Kaledo (kaki lembu donggala) jadi masakan favorit.