Harian Nuansa Poso, Senin (16 Julki 2012)
PALU-Setelah
menerbitkan buku GURU TUA PAHLAWAN SEPANJANG MASA pada Maret lalu, kini penulis
Jamrin Abubakar kembali melounching
bukunya yang baru. Yaitu dengan judul MISTERI NEGERI SERIBU MEGALIT yang
berisi beberapa catatan menyangkut khazanah budaya megalit yang ada di Sulawesi
Tengah.
Buku
tersebut dengan cover sangat khas berupa patung megalit Palindo atau dikenal
patung sepe yang merupakan ikon purbakala Sulawesi Tengah. Buku Misteri Negeri
Seribu Megalit diterbitkan Ladang Pustaka, Yogyakarta dan kini pemaca Palu
dapat memperolehnya di Toko Buku RAMEDIA, Jl. Hasanuddin Kota Palu. Penulis
bukan saja menjelaskan beberapa keistimewaan dan pengalaman dari perjalanan ke
beberapa kawasan purbakala di dataran Tanah Lore, Kabupaten Poso, tapi
diungkapkan pula unsure mitologinya. “Sebaran megalit dengan berbagai bentuk
dan ukuran itu bagai misteri yang menarik untuk kunjungan wisata dan tempat
penelitian (para arkeolog sedang melakukan penelitian). Kekayaan yang dimiliki
Tanah Lore itu pula penulis namai “negeri
seribu megalit,” kata Jamrin
Abubakar dalam buku tersebut.
Menurutnya,
di antara tulisan dalam buku mengenai negeri seribu megalit ini, hanyalah
sebagian kecil dari kekayaan yang terpendam di Sulawesi Tengah. Selain itu
penulis mendeskripsikan sepintas danau-danau dataran tinggi di Tanah Lore Lindu
yang masih memiliki hubungan dengan bagian peradaban manusia zaman purbakala.
Selain
itu penulis buku ini juga mewawancarai seorang arkeolog asli Sulawesi Tengah,
Iksam yang menguraikan tentang kebanggaan dan keistimewaan Sulteng dari aspek
arkeologi. “Sebagian besar tinggalan megalitik masih dianggap misterius, bahkan
oleh penduduk sekitarnya. Mungkin disebabkan adanya keterputusan informasi,
sehingga dibutuhkan keterbukaan dari masyarakat, pemerintah dan peneliti,” kata
Iksam.
Menurut
Iksam, banyak kejadian para peneliti memasuki suatu wilayah yang ada tinggalan
megalitiknya, kadang tidak diberi izin oleh lembaga adat setempat, karena
tempat itu dianggap bertuah. Padahal para peneliti itu sangat menghargai yang
namanya budaya lokal, sehingga kalau bisa sebelum memulai penelitian, bisa
adakan upacara adat.
Pastinya,
buku karya Jamrin Abubakar tersebut akan menambah khazanah pustaka daerah
Sulawesi Tengah di tengah masih minimnya buku-buku pengayaan lokal. *(hanafi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar